HATI-HATI MUSIM PENGHUJAN TELAH TIBA LINDUNGI KELUARGA ANDA DARI PENYAKIT YANG DISEBABKAB OLEH NYAMUK

Proposal PTK Sains

Minggu, 20 Desember 2009

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan (Zain, 2002:43). Gurulah yang menciptakan kondisi tersebut dan didalamnya terkandung berbagai unsur yang saling mempengaruhi satu sama lain. Guru dan siswa adalah unsur yang paling penting dalam kegiatan belajar mengajar, maka dari itu kedua unsur tersebut harus saling menjaga interaksi agar suasana belajar mengajar berjalan dengan harmonis.


Kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari masalah, problem yang dihadapi dalam proses belajar mengajar adalah kecenderungan para siswa yang kurang semangat, begitu pula dalam pembelajaran Sains yaitu kurangnya gairah (semangat) dari siswa, begitu pula yang dialami pada siswa kelas V MI Ma’arif Pulutan, permasalahan tersebut kemungkinan besar dikarenakan metode yang digunakan oleh guru kurang bervariatif. Oleh karena itu perlu adanya inovasi yang dapat menyegarkan dalam pembelajaran Sains. Sebagai seorang guru yang professional, hendaknya dapat mengembangkan metode pembelajaran yang dapat memberi motivasi tersendiri bagi para siswanya.
Agar pembelajaran Sains ini bisa maksimal dan disukai oleh siswa, maka pelaksanaan pembelajaran haruslah menyenangkan dan menantang. Untuk itu peran guru sangatlah dominan dalam melaksanakan skenario pembelajaran. Guru harus mampu membangkitkan semangat siswa dan menjadikan siswa merasa mengalami sendiri apa yang disampaikan oleh guru, sehingga siswa merasa tertantang untuk menggali pengalaman yang dirasakannya. Dengan demikian, anak akan mengalami rasa keingintahuan yang tinggi sehingga mampu menggali pengalaman dalam pembelajaran. Maka, diharapkan siswa akan merasa senang mengikuti pembelajaran Sains. Setelah siswa merasa senang dengan pembelajaran Sains, tentunya siswa akan mengoptimalkan belajar Sain dengan senang.
Agar konsep-konsep ilmu Sains dapat dipahami oleh siswa, dalam proses pembelajaran hendaknya guru harus mengetahui dan memahami cara penyampaian materi yang diajarkan. Mengajarkan suatu bahan yang baik, guru dituntut untut untuk berusaha mengorganisasikan komponen-komponen yang ada dalam situasi pembelajaran, sebagai bentuk usaha guru dalam mengadakan pendekatan pada siswanya adalah penggunaan metode mengajar yang baik.
Metode Eksploratory Discovery merupakan teknik pendekatan yang dilakukan dengan cara mengajak siswa untuk berjelajah alam sekitar, agar siswa mencari penemuan-penemuan tentang mata pelajaran terkait, dengan mengajak anak untuk berjelajah alam sekitar maka pembelajaran akan lebih menyenangkan dari pada pembelajaran di dalam kelas, ditambah suasana pemandangan alam sekitar tentunya akan lebih menyegarkan pikiran para siswa. Teknik pendekatan ini merupakan medium yang luwes, sehingga berbagai maksud dan tujuan pembelajaran dapat tercapai, sebab teknik ini menyenangkan. Dengan penerapan metode Eksploratory Discovery diharapkan dapat mempengaruhi tingkat motivasi, konsentrasi, kecepatan menyerap materi pelajaran, serta kematangan pemahaman terhadap materi pelajaran.
Dari uraian di atas dapat ditarik sebuah benang merah (garis besar), bahwa rendahnya gairah belajar mata pelajaran Sains yang dipengaruhi oleh adanya sikap siswa yang kurang tertarik pada mata pelajaran tersebut, serta monotonnya pendekatan pembelajaran yang digunakan guru, selain itu terbatasnya jam pelajaran untuk pembelajaran Sains juga berpengaruh besar terhadap hasil belajar siswa. Permasalahanya adalah pendekatan yang bagaimanakah yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa? Apakah pendekatan Eksploratory Discovery dapat meningkatkan motivasi belajar siswa? Untuk mengatasi hal tersebut, peneliti mencoba menerapkan metode Eksploratory Discovery dalam proses pembelajaran Sains di kelas V MI Ma’arif Pulutan. Dari uraian di atas penulis merasa tertantang ingin meneliti tentang penerapan metode pembelajaran Eksploratory Discovery. Maka penulis memberi judul “Penerapan Metode Eksploratory Discovery Sebagai Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Sains Pada Siswa Kelas V Mi Ma’arif Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2009”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu:
1. Apakah penerapan metode Eksploratory Discovery dapat meningkatkan motivasi belajar Sains?
2. Bagaimanakah aktivitas siswa dalam pelajaran Sains dengan penerapan metode Eksploratory Discovery?
3. Sejauh manakah keterampilan kooperatif siswa yang dapat dimunculkan dalam belajar Sains dengan penerapan metode Eksploratory Discovery?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas maka, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui peningkatan motivasi belajar Sains dengan penerapan metode Eksploratory Discovery.
2. Aktivitas belajar Sains pada siswa akan meningkat dengan penerapan metode Eksploratory Discovery.
3. Kemampuan kooperatif siswa akan lebih banyak nuncul dalam pelajaran Sains dengan penerapan metode Eksploratory Discovery.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru, penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan pendekatan atau metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar mata pelajaran Sains. Dalam hal ini, metode Eksploratory Discovery yang diterapkan oleh seorang guru sebagai pelaku langsung dalam penemuan pengetahuan baru melelui kegiatan penelitian tindakan di kelasnya. Dengan demikian pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari hasil metode pembelajaran yang dilakukan tersebut benar-benar sejalan dengan program kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru.
b. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi para guru, agar dapat meningkatkan profesionalisme dalam pengajaran melalui kegiatan penelitian tindakan kelas (PTK).
c. Bagi siswa, dengan menggunakan metode Eksploratory Discovery memungkinkan siswa untuk memahami pelajaran lebih baik, karena pembelajaran benar-benar bermakna. Di samping itu dengan metode Eksploratory Discovery ini memberi suasana dan tantangan baru dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa lebih tertarik dan senang mengikuti pembelajaran. Penanaman konsep akan mudah tertanam di benak siswa dengan menghubungkan pengalaman-pengalaman yang sudah dimiliki siswa dengan keadaan di alam sekitar. Dengan demikian di harapkan siswa dapat meningkatkan hasil belajar Sains secara maksimal.
2. Manfaat Teoritis
Dengan penerapan metode Eksploratory Discovery ini, diharapkan dapat meningkatan aset ilmu pengetahuan khususnya mata pelajaran Sains.
E. Definisi Operasional
1. Motifasi Belajar
Untuk mendapatkan kejelasan judul diatas, penulis memberikan devinisi operasional dan pembatasan terhadap istilah-istilah yang ada. Dengan harapan agar tidak ada kesalah pahaman dalam pemahaman judul yang penulis angkat. Adapun istilah- istilah tersebut adalah:
a. Motivasi
Menurut Purwanto (1990:73) motivasi merupakan usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak (beraktifatas) sehingga dapat mencapai hasil atau tujuan tertentu
Sedangkan menurut Suryabrata (2007:70) motivasi adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktifitas-aktivitas tertentu guna memcapai sesuatu tujuan.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah perubahan yang disadari, sehingga terciptalah sebuah energi yang kuat dari pribadi seseorang untuk lebih bersungguh-sungguh dalam melakukan sebuah pekerjaan sehingga tercapainya suatu tujuan yang maksimal.
b. Belajar
Pengertian belajar menurut Hilgard yang dikutip oleh Simandjuntak (1983:59) mengatakan bahwa, “Learning in the process by which an activity originates or the changed through responding to a situation, provided the changes can not be attributed to growth or the tempory state of the organism as in fatique or under drugs”.
Belajar adalah suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan, perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang seperti kelelahan atau disebabkan obat-obatan.
Belajar adalah semua upaya manusia atau individu memobilisasikan (menggerakkan, mengerahkan, dan mengarahkan) semua sumber daya yang dimilikinya (fisik, mental, intelektual, emosional, dan sosial) untuk memberikan jawaban (respon) yang tepat terhadap problema yang dihadapi (Abdurrahman, 1994:17)
Belajar secara sederhana dikatakan sebagai proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu, tejadi dalam jangka waktu waktu tertentu. Perubahan yang itu harus secara relative bersifat menetap dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini nampak (immediate behavior) tetapi juga pada perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang (potential behavior).
2. Pembelajaran Sains
Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar dalam Garis-garis Besar Program Pendidikan (GBPP) kelas V Sekolah Dasar dinyatakan:
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains merupakan hasil kegiatan manusia yang berupa pengetahuan, gagasan dan konsep-konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses kegiatan ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan.
Lebih lanjut pengertian IPA menurut Fisher (1975) yang dikutip oleh Muh. Amin (1987:3) mengatakan bahwa “Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik yang didalamnya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPA (sains) merupakan salah satu kumpulan ilmu pengetahuan yang mempelajari alam semesta, baik ilmu pengetahuan yang mempelajari alam semesta yang bernyawa ataupun yang tak bernyawa dengan jalan mengamati berbagai jenis dan perangkat lingkungan alam serta lingkungan alam buatan.
3. Metode Eksploratory Discovery
a. Metode
Metode berasal dari bahasa Yunani, Greek, yakni Metha, berarti melalui, dan Hadas. artinya cara, jalan, alat atau gaya. Dengankata lain, metode artinya jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam kamus bahasa indonesia, susunan Surayin (2001: 342) metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Sedangkan secara terminologi atau istilah, menurut Mulyanto Sumardi, bahwa metode adalah rencana menyeluruh yang berhubungan
dengan penyajian materi pelajaran secara teratur dan tidak saling bertentangan dan didasarkan atas approach.
Dari beberapa uraian di atas jelaslah bahwa metode merupakan alat yang gunakan untuk mencapai sebuah tujuan, maka diperlukan pengetahuan tentang tujuan itu sendiri. Perumusan tujuan yang sejelas-jelasnya merupakan persyaratan terpenting sebelum seorang guru menentukan dan memilih metode mengajar yang tepat. Untuk mencapai hasil yang diharapkan, hendaknya guru dalam menerapkan metode terlebih dahulu melihat situasi dan kondisi yang paling tepat untuk dapat diterapkannya suatu metode tertentu, agar dalam situasi dan kondisi tersebut dapat tercapai hasil proses pembelajaran dan membawa peserta didik ke arah yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
b. Metode Eksploratory
Eksploratory berasal dari kata eksplorer, yang berarti penjelajahan. Dalam hal ini eksploratory diartikan sebagai metode Jelajah Alam Sekitar (JAS). Ekploratory merupakan pendekatan pembelajaran sains yang memanfaatkan objek langsung melalui kegiatan pengamatan, diskusi dan pelaporan hasil. Menurut Mariyanti (2006) pendekatan Eksploratory didasarkan pada tiga ciri pokok yaitu :
1. Selalu dikaitkan dengan alam sekitar secara langsung, tidak langsung maupun dengan menggunakan media.
2. Selalu ada kegiatan berupa peramalan, pengamatan, dan penjelasan.
3. Ada laporan untuk dikomunikasikan baik secara lisan, tulisan, gambar, foto, atau audiovisual.
c. Metode Discovery
Metode Discovery (penemuan) adalah cara penyajian pelajaran yang banyak melibatkan siswa dalam proses-proses mental dalam rangka penemuannya (Sudirman, 1989:168),
Sedangkan menurut Sund (1975), Discovery adalah proses mental, dan dalam proses itu individu mengasifilasi konsep dan prinsip-prinsip.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode Discovery merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif siswa, beroreientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif.
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat diperoleh beberapa hipotesis:
1. Dengan penerapan metode Eksploratory Discovery dapat meningkatkan motivasi belajar sains pada siswa kelas V MI Ma’arif Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2009.
2. Penerapan metode Eksploratory Discovery dapat meningkatkan keaktifan belajar Sains pada siswa kelas V MI Ma’arif Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2009.
3. Dengan penerapan metode Eksploratory Discovery kemampuan kooperatif siswa pada pelajaran Sains lebih meningkat.
G. Metodologi Penelitian
1. Setting dan Karakteristik Penelitian
Menurut Poerwodarminto (1976), metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud dan tujuan metode penelitian digunakan dengan maksud untuk mencapai kebenaran ilmiah. Dalam kegiatan ilmiah peneliti berpedoman pada metode yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Dalam penelitian ini akan dibahas hal yang berkaitan dengan metode penelitian.
Penelitian ini berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu suatu penelitian yang bersifat kolaboratif antara guru dan peneliti yang didasarkan untuk pemecahan permasalahan yang muncul dalam kegiatan belajar mengajar.
2. Desain Penelitian/Rancangan Penelitian
Penelitian direncanakan untuk mengimplementasikan tindakan kelas yang meliputi komponen-komponen perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Adanya langkah-langkah dalam setiap tindakan ini dengan dasar pemikiran bahwa di dalam suatu mata pelajaran terdiri dari beberapa kompetensi dasar, dan kompetensi dasar terdiri dari beberapa materi yang tidak dapat diselesaikan dalam satu kali pertemuan. Guru melakukan refleksi untuk mendiaknosis keadaan dan mencobakan alternatif tindakan untuk kemudian dievaluasi keefektifitasannya.
3. Prosedur Penelitian/Siklus Penelitian
Kemmis dan Tanggar (1992) mengemukakan bahwa tahap-tahap dalam Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari empat langkah, meliputi; (1) Planning (rencana), (2) Action (tindakan), (3) Observation (pengamatan), dan (4) Reflection (refleksi). Kegiatan-kegiatan ini disebut dengan satu siklus kegiatan pemecahan masalah, apabila satu siklus belum menunjukkan tanda-tanda perubahan kearah perbaikan (peningkatan mutu pengajaran), kegiatan riset dilanjutkan pada siklus ke dua, dan seterusnya, sampai peneliti sampai puas.
Dalam buku PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yang disusun oleh Arikunto, dkk (2008: 3) menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas dapat digambarkan dalam sebuah siklus pemecahan masalah. Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut;
1) SIKLUS 1
a). Tahap Perencanaan (Planning)
1. Mengidentifikasi masalah.
2. Menganalisis dan merumuskan masalah.
3. Merancang metode Eksploratory Discovery.
4. Mendiskusikan penerapan metode Eksploratory Discovery dengan guru
5. Menyiapkan instrumen (soal, pedoman observasi, angket).
6. Menyusun kerangka kegiatan jelajah alam sekitar yang terkait dengan pelajaraan.
7. Merencanakan tugas/permasalahan yang harus dikerjakan siswa ketika berjelajah.
b). Tahap Melakukan Tindakan (Action)
1. Melaksanakan langkah-langkah sesuai perencanaan.
2. Menerapkan metode Eksploratory Discovery.
3. Melakukan pengamatan terhadap setiap langkah-langkah kegiatan sesuai rencana.
4. Memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan yang dilaksanakan.
5. Mengantisipasi dengan melakukan solusi apabila menemui kendala saat melakukan tahap tindakan.
c). Tahap Mengamati (Observation)
1. Melakukan diskusi dengan guru mata pelajaran Sains untuk melakukan pengamatan terhadap siswa yang sedang melaksanakan jelajah.
2. Melakukan pengamatan terhadap penerapan metode Eksploratory Discovery yang dilakukan oleh guru Sains.
3. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan metode Eksploratory Discovery yang sedang berlangsung di lapangan.
4. Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelamahan-kelemahan atau kekurangan yang dilakukan guru serta memberikan saran perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.
d). Tahap refleksi (Reflection)
1. Menganalisis temuan saat melakukan observasi pelaksanaan metode Eksploratory Discovery.
2. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat penerapan metode Eksploratory Discovery.
3. Melakukan refleksi terhadap penerapan metode Eksploratory Discovery.
4. Melakukan refleksi terhadap kreativitas siswa dalam pembelajaran Sains.
2) SIKLUS II
Tahap Refleksi/Siklus II meliputi:
a). Tahap Perencanaan (Planning)
1. Hasil refleksi dievaluasi, didiskusikan, dan mencari upaya perbaikan untuk diterapkan pada pembelajaran berikutnya.
2. Mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran
3. Merancang perbaikan II berdasarkan refleksi siklus I
b). Tahap Melakukan Tindakan (Action)
1. Melakukan analisis pemecahan masalah.
2. Melaksanakan tindakan perbaikan II dengan memaksimalkan penerapan metode Eksploratory Discovery.
c). Tahap Mengamati (Observation)
1. Melakukan pengamatan terhadap penerapan metode Eksploratory Discovery
2. Mencatat perubahan yang terjadi.
3. Melakukan diskusi membahas masalah yang dihadapi saat pembelajaran dan memberikan balikan.
d). Tahap Refleksi (Reflection)
1. Merefleksi proses pebelajaran dengan penerapan metode Eksploratory Discovery.
2. Merefleksi hasil kerja siswa dengan penerapan metode Eksploratory Discovery.
3. Menganalisis temuan dan hasil akhir penelitian rekomendasi.
3) SIKLUS III
Tahap Refleksi/Siklus III meliputi:
a). Tahap Perencanaan (Planning)
1. Hasil refleksi dievaluasi, didiskusikan, dan mencari upaya perbaikan untuk diterapkan pada pembelajaran berikutnya.
2. Mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran
3. Merancang perbaikan III berdasarkan refleksi siklus II
b). Tahap Melakukan Tindakan (Action)
1. Melakukan analisis pemecahan masalah.
2. Melaksanakan tindakan perbaikan siklus III dengan memaksimalkan penerapan metode Eksploratory Discovery.
c). Tahap Mengamati (Observation)
1. Melakukan pengamatan terhadap penerapan metode Eksploratory Discovery
2. Mencatat perubahan yang terjadi.
3. Melakukan diskusi membahas masalah yang dihadapi saat pembelajaran dan memberikan balikan.
d). Tahap Refleksi (Reflection)
1. Merefleksi proses pebelajaran dengan penerapan metode Eksploratory Discovery.
2. Merefleksi hasil kerja siswa dengan penerapan metode Eksploratory Discovery.
3. Menganalisis temuan dan hasil akhir penelitian rekomendasi.
Dari tahap kegiatan pada siklus I dan II, hasil yang diharapkan adalah:
a. Siswa memiliki kemampuan dan kreativitas serta selalu aktif terlibat dalam proses pembelajaran Sains.
b. Guru memiliki kemampuan merancang dan menerapkan metode eksploratory discovery khususnya pada mata pelajaran Sains.
c. Terjadi peningkatan motivasi, kemampuan kooperatif, dan kreatifitas siswa pada mata pelajaran Sains.
4. Subyek Penelitian
a. Siswa
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V MI Ma’arif Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga yang berjumlah 18 siswa.
b. Guru
Penelitian ini dilakukan oleh penulis yang berkolaborasi (kerjasama) dengan guru Sains kelas V MI Ma’arif Pulutan.
5. Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V MI Ma’arif Pulutan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga tahun 2009 pada bulan November sampai bulan Desember.
6. Instrumen dan Indikator Penelitian
a. Intrumen Penelitian
1) Pedoman Pengamatan
Pembelajaran Sains tidak terlepas dari alam, maka hendaknya metode yang digunakan harus berkaitan langsung degan alam. Dengan penerapan metode Eksploratory Discovery ini dapat mendekatkan siswa pada alam sekitarnya. Untuk itu perencanaan metode ini haruslah matang dan menyenangkan. Guru berperan ganda dalam proses pembelajaran ini, selain sebagai pengarah alurnya pembelajaran, guru juga sebagai fasilitator bagi para siswanya untuk menjalankan proses pembelajaran.
2) Seperangkat Soal
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dan ada tidaknya peningkatan dalam pembelajaran Sains, peneliti menyediakan beberapa soal/permasalahan yang harus dipecahkan oleh siswa berkaitan dengan materi pembelajaran.
3) Pedoman Dokumentasi
Pedoman dokumentasi, disini peneliti menggunakan berbagai data antara lain; nilai tugas, nilai harian siswa, nilai pra siklus.
b. Indikator Penelitian
Penerapan metode Eksploratory Discovery ini dikatakan efektif apabila indikator yang diharapkan tercapai. Adapun indikator yang dapat dirumuskan penulis adalah sebagai berikut:
1) Ada perubahan hasil belajar (post test) secara berkelanjutan (continue) dari siklus pertama ke siklus dua dan seterusnya.
2) Minimal 75% siswa kelas V memenuhi kriteria ketuntasan dalam belajar Sains dan menguasai materi yang di ajarkan.
3) Persentase keaktifan siswa yang lebih tinggi bila dibandingkan sebelum penerapan metode Eksploratori Discovery dalam pembelajaran Sains
4) Guru melaksanakan minimal 80% indikator kinerja sesuai dengan lembar observasi kinerja guru.
5) Minimal 75% siswa senang atau sangat senang dengan pembelajaran menggunakan metode Eksploratory Discovery.
6) Guru mitra menyatakan terkesan dan tertarik dengan pembelajaran menggunakan metode Eksploratory Discovery.
7. Metode Pengumpulan Data
Metode atau teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa:
a. Metode Observasi (Pengamatan)
Metode observasi yaitu pengamatan langsung dan pencatatan dengan sistemis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki (Hadi, 1981:151). Jadi metode observasi adalah pengamatan langsung yang dilakukan peneliti dalam proses pembelajaran Sains yang sedang berlangsung. Untuk mengetahui kemampuan kooperatif siswa dalam proses pembelajaran Sains dengan menggunakan metode eksploratory discovery adalah dengan cara pemberian soal/permasalahan.
b. Metode Dokumentasi
Metode ini dalam arti sempit adalah sebagai kumpulan data verbal yang berbentuk tulisan. Sedangkan dalam arti luas adalah dokumen, sertifikat, foto, tape dan lainnya (Arikunto, 2002:64). Metode ini digunakan untuk melihat minat belajar (motivasi). Berkas yang digunakan sebagai data adalah hasil belajar siswa kelas V melalui niali hasil tugas yang diberikan pada kegiatan siklus I, II, dan III, adapun sebagai penguat dokumentasi adalah nilai tugas sebelum penerapan siklus I.
8. Analisis Data
Untuk lebih menjamin keakuratan data penelitian dilakukan pemberkasan-pemberkasan nilai pra siklus dan hasil belajar siklus I, II, dan III. Data yang diperoleh dianalisis dan dideskripsikan sesuai permasalahan yang ada dalam bentuk laporan hasil penelitian. Untuk keaktifan dan mengukur kemampuan kooperatif siswa dalam pembelajaran digunakan observasi dan angket serta perolehan hasil belajar siswa digunakan analisis deskripsi kuantitatif.
H. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pemahaman isi skripsi ini, penulis menguraikan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Operasional, Hipotesis Tindakan, Metode Penelitian, Analisis Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II : Kajian Pustaka, terdiri dari analisis teori yang berkaitan dengan penelitian yaitu tentang Motivasi, Belajar, Pembelajaran Sains, dan Metode Eksploratory Discovery.
BAB III : Pelaksanaan Penelitian, mencakup deskripsi lokasi dan deskripsi pelaksanaan siklus I, II dan siklus III.
BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan, mencakup deskripsi tiap siklus dan pembahasan tiap siklus.
BAB V : Penutup, mencakup kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran yang selanjutnya akan bermanfaat bagi perkembangan teori maupun praktek bidang yang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta; C.V. Bintang Selatan, 1994.
Arikunto, Suharsimi, dkk, Penelitian Tidakan Kelas, Jakarta; Bumi Aksara, 2008.
Al Barry, Dahlan, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 1994.
Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Buna Aksara, 1987.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi v), Jakarta; Rineka Cipta, 2002.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research 2, Yogyakarta; Yayasan Pendidikan fak. Psikologi UGM, 1981.
http://www.teknologipendidikan.net.
Redaksi, Dewan, Jurnal Pendidikan Widyatama, Semarang; (LPMP) Jawa Tengah 2008.
Kasijan, Drs., Psikologi Pendidikan, terjemahan crow, laster dan crow, alice, “Educational psychology”, Surabaya: PT Bina Ilmu Offset, 1987.
Setyaningsih, Ari, Desi, Skripsi PTK (Efektivitas Penerapan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) dengan Model Pembelajaran Kooperatif jigsaw pada sub Materi Vertebrata di SMP N 3 Ungaran), Semarang; UNNES, 2007.
Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing, Jakarta: Bulan Bintang, 1997.
Sudirman, dkk, Ilmu Pendidikan, Remadja Karya CV: Bandung, 1987
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, PT Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2007.

0 komentar:

Posting Komentar

TINGGALKAN PESAN ANDA